Please take a moment to complete this survey below
Library's collection Library's IT development CancelPada akhir abad ini banyak terjadi kerusakan bangunan di
dunia akibat gempa, demikian pula di Indonesia. Dalam masa pembangunan
sekarang ini investasi di bidang bangunan semakin meningkat dengan demikian resiko kerugian akibat gempa akan meningkat
pula. Resiko ini hanya dapat dikurangi dengan suatu perencanaan
yang baik dari bangunan terhadap gaya-gaya akibat gempa.
Di dalam Peraturan Muatan Indonesia (NI.18-1970) maupun
"Indonesian Earthquake Study Volume 5" (suatu rancangan pelengkap
peraturan muatan gempa dari PMI'70) disyaratkan bahwa penetapan
gaya-gaya gempa secara statis hanya dapat dilakukan pada
bangunan dengan tinggi tidak lebih dari 40 m. Untuk bangunan di atas
4O m diperlukan analisa dinamis dalam penetapan gaya-gaya
gempanya.
Dalam tulisan ini akan dilakukan studi perbandingan dari
kedua analisa tersebut, dengan membandingkan 4 bangunan baja bertingkat
tinggi dengan bentuk yang sederhana terdiri dari 2 bangunan
masing-masing 8 dan 15 lantai dan 2 bangunan yang telah
ada yaitu "Kantor Surabaya Post" di Surabaya dan "Wisma Nusantara
di Jakarta.
Muatan gempa yang dipakai diambil dari "Indonesian Earthquake
Study Volume 5", sedang peraturan baja yang dipakai adalah
AISC 1973.