Please take a moment to complete this survey below
Library's collection Library's IT development CancelMuseum Perjuangan Peranakan Tionghoa di Surabaya merupakan fasilitas untuk menceritakan kejadian terkait perjuangan etnis tionghoa Indonesia dalam mendapatkan status Warga Negara Indonesia (WNI). Insiden yang akan diceritakan di dalam museum tidak hanya berupa artefak saja, melainkan membawa atmosfir dan suasana ketika kejadian berlangsung sehingga orang yang berada di dalam museum seolah-olah merasakan secara langsung insiden dan emosi yang terjadi. Repatriasi tahun 1959, Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI), dan Tragedi Mei tahun 1998 merupakan salah satu dari insiden yang jarang dibahas dan cenderung disembunyikan terkait krisis kewarganegaraan etnis tionghoa, yang kemudian akan diceritakan di dalam museum ini. Permainan volum ruang, pencahayaan alami dan buatan, serta installation arts akan menjadi media untuk mengkomunikasikan emosi yang terjadi. Kesan tersembunyi/disembunyikan juga diekspresikan melalui ruang publik di luar bangunan. Pendekatan semiotik digunakan untuk mengkomunikasikan insiden-insiden melalui elemen pembentuk ruang dan kondisi sekitar site, sehingga terbentuk ruang yang dapat memunculkan emosi untuk memberikan sebuah konteks dan sudut pandang bagi artefak yang dihadirkan.