Please take a moment to complete this survey below
Library's collection Library's IT development CancelMicroservice arsitektur sebagai solusi dari sistem arsitektur monolitik semakin
berkembang dan banyak digunakan saat ini. Sebagai solusi yang cukup berhasil tidak lepas dari
masalah baru yang muncul dalam sistem microservice. Microservice dikembangkan secara
mandiri dan berkomunikasi antar jaringan sering kali mengalami fault. Fault yang terjadi dapat
disebabkan karena latency yang besar atau karena masalah internal yang menyebabkan proses
melambat. Hal ini dapat menyebabkan microservice tidak dapat diakses lagi oleh user atau
microservice lain yang membutuhkan.
Penelitian ini memberikan solusi dalam pengimplementasian sistem microservice yang
dapat tahan terhadap fault dengan menerapkan stability pattern dengan circuit breaker dan
bulkhead pattern. Pengujian dilakukan pada implementasi sistem microservice menggunakan
studi kasus sistem PRS (Pendaftaran Rencana Studi) yang digunakan oleh Universitas Kristen
Petra. Fault tolerance yang diimplementasikan untuk menguji perbandingan performa metode
circuit breaker DFTM dengan circuit breaker, bulkhead dengan tanpa bulkhead, serta mengukur
tingkat fault tolerance microservice dengan MRMM.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan didapatkan hasil performa circuit breaker
DFTM lebih cepat 46% dalam mengembalikan kondisi normal. Bulkhead dapat mencegah
penggunaan resource melebihi kapasitas dari server microservice yang dimiliki jika latency
meninggi. Dari hasil pengujian diketahui bahwa tingkat fault tolerance terhadap MRMM
menyalahi resiliensi sistem microservice diukur terhadap benchmark. Hal ini dapat dibuktikan
dari penurunan tingkat kesuksesan, meningkatnya rata-rata waktu respons, dan penurunan
transaksi per detik.