Please take a moment to complete this survey below
Library's collection Library's IT development CancelPenelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya pemberlakuan mata uang
tunggal Negara-negara Eropa pada tanggal 1 Januari 2002 yang disepakati oleh 13
negara yaitu Belgia, Jerman, Spanyol, Perancis, Irlandia, Italia, Luxemburg,
Belanda, Austria, Portugal, Finlandia, serta Yunani. Hal ini tentu saja
mendapatkan banyak perhatian dari para kalangan ekonomi di seluruh dunia.
Khususnya Indonesia, karena mata uang ini (Euro) dianggap lebih banyak
memberikan keuntungan bagi perekonomian Indonesia daripada mata uang US
Dollar. Ditambah lagi dengan kondisi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar
semakin tidak menentu dan cenderung melemah setelah pasca kerusuhan yang
melanda Indonesia pada tahun 1998.
Observasi penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode
kuantitatif. Dimana metode kuantitatif menggunakan Regresi Linier Berganda, Uji
Asumsi Klasik yang berupa : Heteroskedastisitas, Autokorelasi, dan
Multikolinearitas, serta Uji Hipotesa Statistik yang menggunakan Uji F dan Uji T.
Dalam observasi ini menggunakan 6 variabel terikat (dependent) yaitu :
selisih tingkat inflasi (X1), selisih tingkat suku bunga (X2), selisih pertumbuhan
GDP riil (X3), selisih tingkat inflasi relatif (X4), selisih tingkat suku bunga relatif
(X5), dan selisih pertumbuhan GDP riil relatif (X6) dari Negara Indonesia dengan
5 Negara-Negara Eropa.
Dan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dalam observasi ini,
disimpulkan bahwa yang paling berpengaruh terhadap perubahan nilai tukar
Rupiah terhadap Euro pada 5 Negara-Negara Eropa tersebut adalah variabel
selisih tingkat suku bunga (X2) dan variabel selisih tingkat suku bunga relatif
(X5).