Udara mendidih di tatag rambut bale manguntur dan bara api neraka yang bersembunyi di bawah tanah bagai siap menghanguskan apapun dan siapapun. Seolah tak rela tidak sertakan dalam perbuatan kekuasaan di sakah sati sayap ada Kusumawardani, di sayap istana yang lain ada Bhre wWirabumi, serta ada keculasan yang memihak dan fitnah yang mengarah. Dengan keutuhan yang tetrancam, apalagi tanpa gajah mada yang telah tiada, bayang-bayang seram itu mulai lagi menampakan wujudhnya.
"Majapahit adalah sebuah negara yang besar,"kata Hayam Wuruk," majapahit masih membutuhkan orang seperti mendiang paman Gajah Mada untuk mengurus negara yang membentang begitu luas, aku tidak punya pilihan lain, harus menempatkan anak lelakiku sebagai calon penggantiku. Aku akan menempatkan Bhre Wirabumi sebagai kumamaraja."
Hayam Wuruk telah mengeluarkan isi hatinya dengan kesadaran penuh. Apa yang ia ucapkan itu menyebabkan ibunya kecewa.
Sebenarnyalah Sri Gitarja merasa dadanya seketika telah retak oleh rasa kecewa yang telah bergumpal-gumpal. Amat sulit bagi Sri Gitarja untuk menerima Bhre Wirabumi yang akan mewarisi tahta meskipun Wirabumi adalah cucunya, mewarisi aliran darahnya .
"Lalu, akan kau tempatkan dimana dan sebagai apa anakmu yang terlahir dari permaisuri, Raden tetap?" tanya Sri Gitaraja dengan nada tinggi.