Bagi Liana, menjadi guru di perkampungan nelayan orang-orang Bajo menjadi tantangan tersendiri. Berbagai cara dilakukannya demi mencari murid baru. Namun, para orangtua di kampung itu justru menganggap Liana pengacau, sebab semenjak mengenal sekolah, anak-anak itu tak mau lagi membantu orangtua mencari kima atau memasang pukat.
Di tengah kegalauan dan nyaris patah semangat memikirkan pendidikan anak-anak Bajo, Liana bertemu Awing, pemuda sederhana namun teguh pendirian.
Bersama Awing, mampukah Liana mewujudkan ide yang telah dipendamnya sejak lama, yaitu memajukan perkampungan Bajo? Lantas bagaimana dengan hubungan Liana dan Awing yang ditentang oleh kakak Liana? Sanggupkah kisah cinta mereka melantunkan kidung dari Negeri Apung?