Sebagai salah satu pelabuhan utama di Nusantara, sejak berabad-abad silam Jakarta sudah kedatangan banyak suku dan bangsa yang berinteraksi dan berbaur membentuk sebuah belanga peleburan, melting pot. Hal ini ikut mempengaruhi corak batik betawi. Kita bisa menjumpai motif garuda dari Solo-Yogya, motif buketan dari Pekalongan, motif pasung/pucuk rebung dari Cirebon dan Lasem, gaya materos dari Banyumas dan juga ciri-ciri batik garut, tasikmalaya, ciamis, dsb. Bahkan juga gambar Thomas Cup, piala lambang supremasi bulutangkis itu.
Tahun-tahun terakhir ini, bila menyebut batik betawi, orang langsung teringat pada batik berwarna sangat cerah dengan kepala kain bermotif pasung/pucuk rebung. Badan kain sering dihiasi motif yang mencirikan Jakarta, umpamanya Monumen Nasional, ondel-ondel, atau flora dan fauna yang dimiliki Jakarta seperti burung ulung-ulung.