Sampai saat ini masih banyak orang yang menganggap bahwa perempuan adalah makhluk lemah, makhluk yang langkahnya dianggap kurang lebar sehingga sering didiskriminasikan sebagai orang kedua, sedang laki-laki adalah orang pertama yang berhak mendapat keistimewaan. Anggapan seperti ini terjadi disebabkan orang lupa pada sejarah. Jika menengok sejarah, kita tahu bahwa sejak zaman dahulu perempuan terbukti bukanlah makhluk lemah. Langkahnyapun tak kalah dengan laki-laki. Sejarah Indonesia mencatat bahwa sejak zaman Kalingga perempuan telah mampu memimpin sebuah negara yang terkenal makmur. Selain negaranya makmur, rajanya juga terkenal adil. Meskipun anak sendiri, karena bersalah, tetap mendapat hukuman. Perempuan yang menjadi raja Kalingga tersebut bernama Sima. Selain Sima, Indonesia masih memiliki raja perempuan seperti Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani (raja perempuan pertama Kerajaan Majapahit), Ratu Kalinyamat (raja perempuan yang ditakuti Bangsa Portugis). Ada juga perempuan-perempuan yang mengukir sejarah di bidang kemiliteran, seperti Laksamana Keumalahayati, Nyi Ageng Serang yang ahli strategi perang, Martha Christina Tiahahu yang berjuang saat usianya masih belia, Pocut Baren, Tengku Fakinah sang panglima perang. Meskipun bukan seorang raja atau berkecimpung di bidang kemiliteran, akan tetapi perempuan- perempuan yang riwayatnya ditampilkan dalam buku ini adalah perempuan-perempuan yang pernah mengukir sejarah di tanah air kita.