Setelah kupertimbangkan masak-masak, beginilah akhirnya cara yang kupilih. Bukan supaya diriku terelak dari duka perpisahan. Ketahuilah, pada huruf-huruf terakhir setiap kata yang kutulis, kesedihan menderaku tanpa ampun bagaikan pesuruh Zeus mendera Prometeus yang malang (bukankah kamu menyukai dongeng-dongeng Yunani?). Kutahankan rasa sakit itu demi hal-hal yang mungkin bisa kujelaskan lebih baik secara tertulis ketimbang dibicarakan langsung. Jika terasa tidak adil, maafkanlah.
Manakala surat ini sampai padamu, telah jauh aku meninggalkan rumah dan “tempat rahasia kita.” Tapi yakinlah, jarak di antara dua manusia bukan melulu perkara terlihat atau tidaknya sosok, terdengar atau tidaknya suara, terasa atau tidaknya sentuhan, terhirup atau tidaknya aroma masing-masing. Selama ini, misalnya, dengan bertemu setiap hari, seberapa dekat sebenarnya hati kita? Seberapa banyak kau mengerti perasaanku atas dirimu dan sebaliknya? ~back cover