“Pepatah mengatakan: anak dipangku, kemenakan dibimbing. Kalau anak dipangku dan kemenakan dibimbing, bukankah artinya itu anak harus dilebihkan dari kemenakan? Karena pangkuan, lebih dekat daripada bimbingan, di tempat yang lebih mulia. Mengapakah pepatah ini terbalik dipakaikan orang di sini: kemenakan dipangku, anak disia-siakan?” MARAH RUSLI adalah sastrawan angkatan Balai Pustaka yang dijuluki oleh H.B. Jassin sebagai Bapak Roman Modern Indonesia. Ia menulis beberapa novel—yang paling terkenal adalah Sitti Nurbaya, dan menerjemahkan karya klasik dunia. Kendati aktif menulis, ia tidak meninggalkan profesinya sebagai dokter hewan hingga pensiun pada 1952.