Kiai Wahid, demikian dia biasa disapa, merupakan tokoh pembaru pesantren sekaligus pendidikan Islam negeri ini. Sepulangnya menyantri di sejumlah pesantren di Jawa Timur dan menuntut ilmu di Negeri Arab, ayah mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini mengubah sistem pendidikan Pesantren Tebuireng dengan memasukkan pendidikan umum. Kepiawaiannya dalam berorganisasi dan berpolitik membuat Wahid Hasyim dipilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dia juga menjadi pemimpin di Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)—organisasi yang ikut ia dirikan bersama Mohammad Natsir dan beberapa tokoh Islam lain pada 1945. Sebagai anggota Tim 9, dia perumus dan peletak dasar konstitusi ketika Indonesia baru merdeka. Sikapnya layak menjadi teladan hingga hari ini: selalu teguh memperjuangkan kepentingan umat Islam, tapi berkompromi ketika Bhinneka Tunggal Ika disepakati jadi asas negara. Kisah tentang Wahid Hasyim adalah satu cerita tentang “Tokoh Islam di Awal Kemerdekaan”, yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo pada 2003-2011. Serial ini menampilkan wajah Islam Indonesia yang beragam: dari dulu hingga kini selalu ada orang yang mengedepankan jalan moderat dan demokratis, tapi ada pula—karena kekecewaan—menyokong radikalisme dan kekerasan.
Physical Dimension
Number of Page(s)
xi, 132 p.
Dimension
23 cm.
Other Desc.
ill.
Summary / Review / Table of Content
No summary / review / table of content available!
Exemplar(s)
#
Accession No.
Call Number
Location
Status
Similar Collection
by author or subjectSorry! No similar collection can be found.