Please take a moment to complete this survey below
Library's collection Library's IT development Cancel“Museum pendidikan Nasional di Daerah Istimewa Yogyakarta” merupakan sebuah fasilitas pendukung dari dunia pendidikan. Dewasa ini pendidikan Indonesia sudah mulai melupakan nilai-nilai dan dasar filosofisnya. Sehingga perlu adanya sebuah fasilitas pengingat serta menjadi sarana pengumpulan kritik dan saran terhadap dunia pendidikan secara inklusif. Hal ini didukung juga dengan perkembangan pariwisata kota Yogyakarta yang mulai mencanangkan wisata pendidikan. Jadi pemenuhan kebutuhan kota akan sebuah fasilitas umum wisata pendidikan serta adanya konteks kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, maka dilakukan pemilihan site di seberang taman siswa yang memiliki hubungan sejarah dari pendidikan itu sendiri.
Sebuah fasilitas peningat tersebut mengacu kepada sejarah dunia pendidikan Indonesia. Sehingga perlu dilakukan pendekatan simbolik. Pendekatan simbolik tersebut mengambil konsep berupa prinsip pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, dalam bukunya berjudul pendidikan Ki Hadjar Dewantara menuliskan, “sebuah pendidikan seharusnya merupakan pernikahan/penggabungan nilai-nilai tradisional dan lokalitas dengan nilai- nilai modern yang baru.” Hal ini menyebabkan sebuah konsep untuk menghadirkan kembali dasar filosofis pendidikan Indonesia yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang tradisional ke dalam sebuah bentuk arsitektural yang baru sesuai dengan konteks zaman. Adanya konteks ke daerahan, lokalitas, dan standar kebudayaan yang tinggi menyebabkan tuntutan hubungan yang baik dengan sekitarnya. Jadi bangunan ini memperdalam dan mentransformasi bentuk pendapa, dan menghadirkan pendapa yang ada di masa kini tapi tetap menggunakan aturan-aturan kedaerahan.