Selang beberapa hari, Malom datang. Ia minta Irewa pulang.
Mama Kame dan Bapa Labobar tak bisa mencegah.
Malom adalah suami yang sah. Orangtua Malom sudah membeli
Irewa dengan sejumlah babi-babi sebagai mas kawin. Selain itu,
Irewa juga seorang yonime, juru damai dua pihak yang bermusuhan.
Irewa harus mau untuk kembali ke Hobone. Kembali ke
kehidupan sehari-harinya yang berat. Mau atau ti dak,
ia harus menjalaninya. Tak ada pilihan.
Kehamilan demi kehamilan, keguguran demi keguguran ti dak
mengurangi niat Malom untuk terus punya anak. Malom berpikir
itu sudah menjadi tugasnya sebagai laki-laki. Tugas yang diminta
masyarakat. Suami harus mengawini istri agar menghasilkan anak.
Perempuan adalah makhluk yang mendatangkan kesuburan. Anak
laki-laki berguna untuk menuntut pengakuan akan tanah dan simbol
penerus keturunan. Makin banyak anak laki-laki, makin berharga
dan bermartabat. Tanah luas dan keturunan banyak. Anak
laki-laki juga berguna agar prajurit mati ada yang mengganti kan.
Anak perempuan bernilai ekonomi. Perempuan berguna untuk
mendapatkan mas kawin dan harta adat (babi).