Please take a moment to complete this survey below
Library's collection Library's IT development CancelDalam masa krisis moneter yang dimulai sekitar awal bulan Juli 1997,
banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pariwisata mengalami
goncangan. Perusahaan tersebut antara lain hotel, perusahaan penerbangan,
restoran, persewaan kendaraan terutama biro perjalanan wisata sebagai perantara
komponen-komponen pariwisata tersebut kepada konsumen.
Berbagai cara telah ditempuh oleh biro perjalanan wisata di Surabaya
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya antara lain dengan menggalakkan
penjualan paket wisata inbound dan domestik, mendorong hotel-hotel agar mau
menjual dengan menggunakan Rupiah sebagai acuan perhitungan harga
pembayarannya, dan sebagainya.
Namun usaha-usaha tersebut tidak seluruhnya berhasil baik. Beberapa
masih mengalami hambatan, antara lain disebabkan oleh kondisi politik negara
yang tidak menentu sehingga wisatawan mancanegara enggan datang ke
Indonesia, resesi ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan turunnya minat
berwisata dari wisatawan lokal, kenaikan harga fiskal menjadi satu juta rupiah
dan sebagainya.
Dalam situasi seperti ini maka alternatif cara yang dapat ditempuh adalah
dengan penghematan di segala bidang, seperti: penghematan pembuatan brosur,
listrik dan pengurangan gaji dengan melakukan sistem shift bagi karyawan. Di
samping itu perusahaan juga harus selektif dalam pemilihan pangsa pasamya dan
tidak memasuki semua altematif market dengan sembarangan karena hal
demikian hanya akan merugikan perusahaan itu sendiri.
Situasi krisis seperti ini juga merupakan saat yang tepat bagi perusahaan
untuk melakukan efisiensi dan peninjauan kembali terhadap kualitas pelayanan
yang diberikan para karyawannya dan pemberian pelatihan yang diperlukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan tersebut.