Please take a moment to complete this survey below
Library's collection Library's IT development CancelSkripsi ini berjudul ANALISIS STRATEGI UNDERPRICING PADA SAAT
IPO (studi empiris pada penisahaan go publik di Bursa Efek Surabaya)" yang memiliki
latar belakang bahwa di Amerika rata-rata perusahaan go publik yang menawarkan
sahamnya untuk pertama kali memberi harga 11% lebih rendah dan harga pasar
sebenarnya (strategi underpricing), dengan demikian problematika yang niuncul ada 2
yaitu hagaimariflkflh strategi yang digunakan perusahaan dalam hal penetapan harga
saham perdananya dan apakah ada perbedaan kinerja harga saham pada pasar
sekunder antara perusahaan yang menerapkan strategi underpricing dan yang
menerapkan strategi overpricing. Bila dikaitkan dengan latar belakang yang ada
penetitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi apa yang diterapkan perusahaan go
publik di BES dan apakah ada perbedaan kinerja harga sahamnya pada pasar sekunder
jika strategi yang digunakan berbeda, dimana informasi tersebut dapat bermanfaat bagi
investor dan pihak lain yang terkait
Untuk menjawab problematika tersebut penulis menggunakan penehtian
inferensial dengan rancangan penehtian data sekunder yang diperoleh dari
perpustakaan BES, populasinya yaitu perusahaan go publik yang tercatat di BES
antara tahun 1990 hingga tahun1998, pengukuran datanya dengan skala rasio, metode
pengurnpulan data yaitu studi pustaka dan dokumentasi melalui komputer. Selain itu
penulis juga menggunakan alat bantu statistik untuk mengetahui perbedaan kinerjanya
dengan pengujian perbedaan dua rata-rata.
Setelah penuhs menggunakan uji statistik diatas diperoleh liasii bahwa adanya
perbedaan kinerja liarga saliam perusahaan yang menerapkan strategi yang berbeda
yaitu kinerja harga saham perusahaan yang menerapkan strategi underpricing lebih
baik dibanding dengan overpricing. Dan penulis juga memperoleh hasil bahwa dari
127 perusahaan go publik yang tercatat mulai tahun 1990 hingga 1998 di BES yang
menggunakan strategi underpricing 75% dan overpricing 17%, sedangkan sebanyak
8% penisahaan tidak menerapkan strategi underpricing maupun overpricing.