Please take a moment to complete this survey below
Library's collection Library's IT development CancelUntuk dapat memproduksi makanan jadi yang mempunyai kualitas tinggi
serta aman untuk dikonsumsi, maka diperlukan suatu system yang dapat
mengawasi dan menjamin keamanan proses bahan makanan, mulai dari tahap
penerimaan bahan makanan, hingga penyajiannya bagi konsumen. Sistem Hazard
Analysis And Critical Control Point adalah sistem pengawasan yang dapat
menjamin hasil produksi makanan yang berkualitas. Makanan yang berkualitas
dan aman untuk dikonsumsi akan membawa dampak positif bagi citra hotel
sebagai badan usaha yang memperhatikan kualitas makanan bagi pelanggannya.
Sistem Hazard Analysis And Critical Control Point ini diberlakukan terhadap
seluruh segi operasional hotel, karena sistem ini merupakan sistem yang utuh dan
saling terkait dalam pelaksanaannya, dalam arti bahwa sistem Hazard Analysis
And Critical Control Point tidak dapat diterapkan pada salah satu outlet saja,
melainkan harus diterapkan pada seluruh bagian atau departemen-departemen
yang ada pada hotel. Sehingga setiap departemen akan bekerjasama dan saling
menunjang satu sama lain dalam penerapan/implementasi sistem Hazard Analysis
And Critical Control Point.
Pada kesempatan ini, penulis mengupas salah satu sisi dari keseluruhan
sistem Hazard Analysis And Critical Control Point yang mendukung operasional
Hotel Majapahit Mandarin Oriental Surabaya. Bahasan yang dipaparkan dalam
skripsi ini adalah mengenai penggunaan sistem Hazard Analysis And Critical
Control Point pada tempat penerimaan/receiving area. Hasil pengkajian penulis,
pada tiap segi tempat penerimaan Hotel Majapahit Mandarin Oriental Surabaya
ternyata masih memiliki banyak kekurangan. Antara lain masih kurang
memadainya kondisi fisik tempat penerimaan, yaitu belum terdapatnya area
bongkar muat, menyatunya tempat penerimaan, tempat pemeriksaan barang, dan
tempat pembuangan sampah; kurang memadainya fasilitas dan peralatan yang
digunakan, yaitu jumlah meja sortir yang cuma ada satu, tidak adanya termometer
untuk mengukur suhu bahan makanan yang datang; serta masih kurangnya
kesadaran dari staf penerima barang akan masalah sanitasi dan higienitas, dimana
staf penerima barang tidak menggunakan sarung tangan karet, celemek, dan tidak
melakukan proses pencucian tangan, baik pada saat sebelum maupun menerima
barang, terutama bahan makanan yang datang.