Please take a moment to complete this survey below
Library's collection Library's IT development CancelSaat ini, dunia politik dan pemerintahan tidak hanya menjadi milik laki-laki, tapi juga perempuan. Banyak perempuan yang terjun ke dalam dunia politik, menjadi politisi, atau bahkan pemimpin pemerintahan. Namun, stereotipe yang merujuk pada keraguan publik masih ada. Perempuan dianggap tidak cocok menjadi pemimpin pemerintahan karena dianggap tidak mampu dan feminin. Media massa rupanya juga berperan dalam pengukuhan anggapan tersebut. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana media massa, yang terkesan memuji kepemimpinan perempuan, memberitakan atau membingkai sosok pemimpin perempuan, yakni Tri Rismaharini atau Risma (Walikota Surabaya). Majalah Digital Detik menerbitkan edisi “Risma Super Wali”, sedangkan Majalah Tempo menerbitkan edisi “Bukan Bupati Biasa”. Setelah dianalisis dengan perangkat framing Pan – Kosicki (sintaksis, skrip, tematik, dan retoris), peneliti menemukan masih adanya stereotipe berbau gender pada berita-berita tentang sosok Risma, yakni feminin, domestik, emosional, dan tidak memiliki kemampuan politik.